Awal
Januari lalu terdengar kabar bahwa situs resmi presiden SBY yang beralamatkan presidensby.info dijebol oleh orang, situs tersebut merupakan satu di
antara penyampai informasi dan berita tentang kegiatan Presiden SBY kepada
masyarakat luas. Situs ini diretas oleh kelompok yang menamakan dirinya
Jemberhacker Team.
Saat diretas, laman situs tersebut
menampilkan latar belakang hitam dengan tulisan warna hijau di bagian atas
Hacked by MJL007. Sementara di bawahnya tertera sebuah logo pocong dan tulisan
Jemberhacker Team berwarna putih.
Saat itu, kepada merdeka.com Jember
Hacker Terorist (JHT), peretas situs resmi Presiden SBY, mengaku aksinya meretas
situs karena Presiden SBY dinilai gagal memimpin Indonesia. Sudah dua periode
memimpin, SBY dianggap tidak mampu membawa perubahan ke arah yang lebih
baik.
Tidak hanya itu, peretas juga
menilai kepemimpinan SBY merupakan masa subur pertumbuhan koruptor di Tanah
Air. Bisa dipastikan, dari tingkat pusat sampai daerah, korupsi menjadi budaya
yang cepat berkembang, ibarat jamur tumbuh di musim hujan. "Korupsi
semakin merajalela. Rakyat miskin di mana-mana! Yang kaya semakin kaya, yang
miskin semakin miskin," kata perwakilan JHT itu.
Tim Cyber Crime Mabes Polri pun
bergerak. Satu orang hacker ditangkap. Jayadi mengatakan hacker tersebut
bernama Wildan. Ia diamankan polisi di sebuah warnet di Jember. Dia merupakan
pengelola warnet tersebut.
Dir Tipid Eksus Bareskrim Polri,
Brigjen Arief Sulistyo, membenarkan pihaknya meringkus
Wildan Yani S Hari, karyawan CV
Suryatama, Jember. Menurutnya, hal ini dilakukan hanya dengan motif iseng saja.
Hanya mengganti tampilan, tidak ada kepentingan politik. Dari situs Jatireja sudah
dapat bukti semua. Lima orang saksi dari pengelola situs juga sudah diperiksa.
Dengan barang bukti dari Jember 2 CPU dilakukan penyitaan, saat ini tersangka
di Bareskrim.
Akibat perbuatannya Wildan dikenai
pasal 22 huruf B UU 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi dan pasal 30 ayat 1,
ayat 2 dan atau ayat 3, jo pasal 32 ayat 1 UU no 11/2008 tentang ITE. Dari
penelurusan mabes Polri, Wildan juga meretas sekitar 5.000 situs lainnya.
Siapa sebenarnya Wildan?
Wildan berasal dari Desa Balung
Kulon, Kecamatan Balung, Jember. Sosoknya agak jauh dari dunia teknologi,
karena ia hanya lulusan SMK Teknologi Pembangunan. Pihak sekolah menduga
kemampuan diperoleh Wildan secara otodidak.
Selama mengenyam pendidikan di SMK
Teknologi Balung, Wildan dikenal sebagai siswa yang pendiam dan lugu. Dalam
keseharian, Wildan justru terlihat aktif di bidang olahraga. Bahkan dalam nilai
sekolah, Wildan tak pernah mendapat ranking dan belum pernah masuk sepuluh
besar. Karena itu, diduga kemampuan Wildan dalam komputer diperoleh dengan
otodidak.
Orangtua Wildan, Ali Zakfar, mengaku
selama ini tidak mengetahui aktivitas anaknya itu di luar rumah. Ia hanya tahu
Wildan bekerja menjaga warnet di kawasan Jember Kota.
Ia menuturkan keluarga baru tahu
Wildan ditangkap polisi setelah menerima surat perintah
penangkapan dari Mabes Polri yang
diserahkan perangkat Desa Balung Kulon, Kecamatan Balung. Ia berharap polisi
segera memberikan kabar mengenai kondisi anaknya. "Kami berharap Wildan
baik- baik saja. Maka dari itu, kita butuh kabar dari Mabes Polri,"
pungkas Ali.
Tak hanya keluarga, penangkapan
Wildan juga tak diketahui pemilik warnet, Adi Kurniawan. Adi hanya tahu,
karyawannya itu masuk kerja, Jumat (25/1). "Saya baru dikabari karyawan
lain. Handphone WYA juga tidak aktif. Polisi kemungkinan juga membawa komputer
server di warnet karena tidak ada di tempat," tutur Adi.
Menurut Adi, pintu warnet sempat
terkunci, Sabtu (26/1). Kondisi ruangan warnet berantakan. Motor Wildan ada di
dalam. "Kami membuka paksa pintu warnet dan baru yakin kalau WYA ditangkap
tim Mabes Polri, setelah melihat ruangan warnet berantakan dan server komputer
warnet juga tidak ada," paparnya.
Sumber :